Insan merupakan makhluk yang tercipta paling sempurna. Potensi ini merupakan modal berharga untuk menjadi umat terbaik. Untuk menjadi umat terbaik, seharusnya menunaikan segala perintah-Nya, dan dalam waktu yang sama menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.
Untuk mewujudkan sosok yang ideal itu tidaklah mudah dilakukan, karena banyak gangguan dan tantangan. Walaupun demikian, semua persoalan harus dihadapi dengan sungguh-sungguh, karena ujian inilah menjadikan insan sebagai makhluk terbaik yang sebenarnya. Semoga kita semua bisa meraih posisi yang terbaik.
Menurut Rasulullah SAW, ada sejumlah golongan sebaik-baik manusia di dunia. Pertama, Rasūlullāh SAW bersabda “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur'an & mengajarkan nya. (HR. al-Bukhari No. 5027). Kedua, Rasūlullāh SAW bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya. (HR. al-Bukhari No. 6035). Ketiga, Rasūlullāh SAW bersabda “Sebaik-baik kalian adalah orang yg paling baik dalam membayar (mengembal-ikan hutang). (HR. al-Bukhari No. 2305).
Keempat, Rasūlullāh SAW bersabda “Sebaik-baik kalian adalah orang yg paling baik terhadap ahli keluarganya. (HR. Ibnu Hibban No. 4177). Kelima, Rasulullah SAW bersabda “Sebaik-baik manusia adalah orang yg panjang umurnya dan baik amal perbuatannya”. (Shahih al Jami' 3297).
Keenam, Rasūlullāh SAW bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain”. (Shahih al-Jami' 3289). Ketujuh. Rasūlullāh SAW bersabda “Sebaik-baik manusia adalah orang yang memiliki hati yang makhmum dan lisan yang jujur. Para sahabat bertanya: Lisan yang jujur kami faham, maka apa yang dimaksud dengan hati yang makhmum? Baginda bersabda: "orang yang memiliki hati bersih dan bertakwa, tidak ada dosa, tidak berbuat zalim, serta tidak ada kebencian dan hasad”. (Shahih al Jami' 3201).
Bagaimana menurut Allah SWT tentang manusia terbaik. Allah SWT berfirman “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS Ali Imran:110).
Setidaknya Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah memberikan tafsir bahwa kamu (manusia) adalah umat yang dijadikan Allah sebagai umat yang terbaik, kalian telah menjadi ketetapan Allah atas hal ini. Umat Islam adalah umat terbaik secara mutlak.
Mereka adalah umat yang telah dipilih sebab mereka diperintahkan untuk menyeru kepada yang ma’ruf, yaitu yang baik sesuai perintah syariat dan mencegah dari yang munkar, yaitu segala perkataan, perangai atau perbuatan yang bertentangan dengan syariat. Juga sebab bahwa mereka beriman kepada Allah dan meyakini bahwa Allah tidak mempunyai sekutu.
Syekh an-Nawawi Banten di dalam kitab beliau, Tafsir Munir berkata, “Amar ma’ruf nahi munkar termasuk fardlu kifayah. Amar ma’ruf nahi munkar tidak boleh dilakukan kecuali oleh orang yang tahu betul keadaan dan siasat bermasyarakat agar ia tidak tambah menjerumuskan orang yang diperintah atau orang yang dilarang dalam perbuatan dosa yang lebih parah.
Karena sesungguhnya orang yang bodoh terkadang malah mengajak kepada perkara yang batil, memerintahkan perkara yang munkar, melarang perkara yang ma’ruf, terkadang bersikap keras di tempat yang seharusnya bersikap halus dan bersikap halus di dalam tempat yang seharusnya bersikap keras.”
Walau demikian, ada anjuran bagi setiap insan untuk berda’ wah, sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW, “Ballighuu ‘anny walau aayah”, (Sampaikan apa yang berasal dariku (Rasulullah) walaupun hanya satu ayat).
Strategi beramar ma’ruf nahi munkar dapat mengikuti cara Rasulullah SAW, sebagaimana yang disabdakan sebagai berikut, “Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka hendaknya ia menghilangkannya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika ia tidak mampu dengan lisannya, maka dengan hatinya. Dan dengan hati ini adalah lemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).
Hadits ini mengisyaratkan bahwa kita memiliki tanggung jawab moral terhadap siapa saja atau dimana saja atau dalam kondisi apapun juga, kita memiliki kebutuhan untuk beramar ma’ruf nahi munkar. Tentu saja untuk efektif dan efisiennya perlu dari diri sendiri, baru kepada keluarga dan akhirnya kepada orang lain atau masyarakat luas. Semuanya dijalani dengan cara yang baik dan sikap yang bijak.
Untuk menjadi insan yang terbaik perlu perjuangan dan pengorbanan. Perjuangan dan pengorbanan perlu diawali dengan memantapkan iman dengan semantap-mantapnya sehingga mampu menjadi pondasi yang kuat. Setelah itu berjuang, berkorban lahir dan batin untuk bisa hadir menjadi insan yang bermanfaat.
Sekaligus mampu mengentaskan kehidupan orang lain dari kegelapan iman dan membersihkan kehidupan orang lain dari kekotoran perilaku. Upaya-upaya itu bisa diwujudkan dengan ajakan berbuat kebajikan dan memperingatkan dan melarang perbuatan yang jelek dengan cara-cara persuasif untuk memperoleh hasil yang optimal dan produktif.
Demikianlah berbagai hal yang bisa diupayakan untuk menjadi insan terbaik. Dalam situasi dan kondisi yang tidak menentu di era pandemi ini, kita tidak boleh putus asa dan lari dari harapan hidup yang terbaik. Kita memang tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa kita akan menghadapi era disrupsi, era yang penuh kekacauan. Semuanya serba mengambang, seperti maju kena mundur kena. Hidup penuh ketidakpastian.
Terlepas dari itu semua, kita sebagai umat beragama, harus tetap yakin bahwa Allah SWT tidak akan pernah menguji kita di luar kemampuan kita. Untuk itu karunia Tuhan tentang menjadi insan terbaik, tetap harus menjadi cita-cita dan jati diri kita. Dengan segala kesulitan yang ada, kita harus tetap optimis untuk bisa mewujudkannya. Semoga Allah SWT selalu membimbing kita untuk menuju insan yang ideal, yaitu INSAN KAMIL. Insan terbaik di mata Allah SWT.
0 komentar