Maghrib, kuhabiskan soreku bersama senja dan kopi, sambil sesekali menatap layar ponsel yang tergeletak tak berdaya. Kepulan asap kopi kerap kali menghasilkan karya sastra yang indah.
Penikmatnya akan dengan mudah merangkai kata hanya berbekal segelas kopi dengan kepulan asap. Namun tidak bagiku, kopi dan kepulannya lebih dari sekedar rangkaian kata, melainkan sebuah cawan dalam rindu.
Kendaraan berlewatan di seberang kost, tanda orang-orang mulai berpulangan.Tak ada yang istimewa. Untuk menemani suasana syahdu, kunyalakan radio dari ponselku. Tak peduli siapa penyiarnya, bagaimana rupanya, sebab jika artikulasi dan materinya menarik, cukuplah membuatku memilih bertahan.
Satu, dua, tiga frekuensi sudah kudengar sekilas, tak ada yang menarik. Tapi? Yah, tepat saat perncarianku yang ke-empat, rona-rona rertarik menyelimuti hatiku.
Kubiarkan suasana semakin sunyi. Aku akan berkhidmat pada frekuensi 22222222 saja, itu cukup.
“Selamat Sore pemirsa. Kembali lagi bersama saya, Selvi, yang akan menemani hati kalian dalam hal kebenaran.”
Aku tercengang. Apa-apaan ini? Sejak kapan ada siaran radio yang narasi pembukanya agak ganjil? Sejak kapan? Tak peduli pada pendapat pendengar, penyiar terus cuap-cuap santai dengan gaya bicara yang khas. Kelihatannya, dia ahli dalam diksi, tak heran aku terpukau dibuatnya.
“Pemirsa, setelah hadiah pertama kita terima pada tanggal 21 Mei 2019 dini hari pukul 02.00, setahun lalu, kini kita juga mendapat hadiah ke dua dari pemerintah. Demi kebaikan rakyat, 8 Oktober 2020, RUU Cipta Kerja telah disahkan menjadi UU dalam rapat paripurna DPR.
Kurang apa pemerintah kita dalam menjabat? Bahkan saat kita semua terlelap dalam mimpi, mereka masih terjaga, masih memikirkan kebaikan bagi rakyatnya. Amazing. Boleh uplouse masing-masing loh di rumah, ojo isin-isin.”
Kata-katanya lugas, jelas, dan intonasinya menarik. Otakku berpikir keras. 21 Mei 2019, jam 2 dini hari? Hadiah apakah itu? Rasanya bingkisan hadiah itu tak sampai ke kostanku, atau memang alamatku yang tak terjangkau atau aku tak terdaftar.
Berbekal penasaran, sambil terus mendengar dengan seksama, ku telusuri tanggal misterius itu,
“Yang tak kalah menariknya, RUU ini diciptakan dalam tempo yang singkat jika dibandingkan dengan RUU yang lain, apalagi ditambah dengan masalah pandemi yang cukup serius. Berbekal sila ke lima, pemerintah berpikir keras tentang nasib rakyatnya ke depan, sehingga RUU itu dikerjakan dengan singkat. Lebih cepat lebih baik.”
Aha!!, aku menemukan jawabannya. Tanggal itu adalah hari dimana semua kubu bersitegang. Bahkan yang tak mengenyam pendidikan saja sadar, bagaimana bisa panitia mengumumkan hasil pilkada tengah malam.
Siapa sebenarnya yang diharapkan mereka menyaksikan pengumuman itu?
Yaa, itu adalah hadiah tanpa kado. Paling tidak, kotak suara yang terbuat dari kardus dengan harga emejing, kemudian digembok itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku mengingat hadiah terindah ini.
“Meski dengan dalih kepentingan rakyat, ternyata RUU ini mendapat pertentangan dari berbagai aspek. Kontroversi dari berbagai kalangan, terutama pekerja atau buruh. Ada 6 fraksi yang setuju, hebat, ajib betul RUU ini dan segenap pimpinan kita yang terlibat. Sudah riweh ngurus pandemi, masih rela susah-susah ngurus RUU, buat kita-kita loh ini.”
Penyiar mengambil jeda. Setiap kalimat yang meluncur dari kata-katanya adalah diksi-diksi sarat makna. Tapi, bagaimana hal ini menjadi sesederhana yang dikatakan Selvi? Ah ya namanya Selvi. Aku berusaha mengingatnya dengan jelas.
“Pemirsa. Ada 11 klaster yang terdapat di dalam RUU Cipta Kerja ini.
Isinya? Demi kepentingan rakyat titik. Tapi entah rakyat yang mana. Sekian cuap-cuap unfaedah dari saya, Selvi. Saya mohon undur diri, jangan rindu, tetap save healthy ya.”
Singkat sekali.
Ternyata ia hanya mengisi selama 15 menit dengan pembahasan yang full, daging semua. Dengan pembawaannya yang kasual, menarik, dan sarat makna, aku yakin ada banyak hal yang tak bisa dijelaskan maknanya secara rinci tentang satu persatu kalimatnya. Termasuk statement terakhir, ‘Tapi entah rakyat yang mana’. Menarik sekali. sungguh 15 menit yang singkat dan mengesankan.
Sumber gambar: Instagram/@artifiedbykay
0 komentar