5 Oktober merupakan hari yang sangat penting bagi guru, tepat pada tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Guru Dunia (HGB). Hari Guru Dunia awalnya diterapkan pada tahun 1995. Tema Hari Guru Dunia 2020 adalah Teachers: Leading in Crisis, Reimagining the Future. Untuk suksesnya agenda Hari Guru Dunia, ditopang oleh UNESCO, UNICEF, International Labour Organisation (ILO) dan Educatipn International.
HGD dirayakan setiap tahunnya untuk menghargai dan merayakan karya pendidik, yang meliputi guru/dosen, peneliti, dan profesor di seluruh dunia. Pada tahun ini, Agenda HGD berlangsung dari tanggal 5-12 Oktober yang diawali dengan upacara pembukaan. Dilanjutkan dengan berbagai agenda sesuai dengan tema di era pandemi. Adapun agenda selanjutnya, di antaranya Penganugerahan The 6th Edition of the UNESCO Hamdan Prize for the Effectiveness of Teachers.
Disusul sesi Mobile Learning yang berfokus pada penggunaan teknologi inovatif, baik untuk pengembangan profesionalisme maupun keterampilan mentoring selama masa pandemi Covid-19. Untuk menyukseskan agenda ini sangat dibutuhkan dukungan infrastruktur dan media yang relevan.
Tema HGD sangat dilandasi oleh kondisi objektif bahwa dalam beberapa kasus, guru yang dikehendaki untuk melaksanakan e-learming tidak memiliki alat ICT dasar. Di samping itu juga ditemukan bahwa rumah-rumah mereka tidak memiliki teknologi dan koneksitasitas untuk e-learning. Ditemukan juga sekitar 43% hingga 50% siswa/mahasiswa tidak memiliki komputer atau mobile phone serta internet di rumah.
Guru-guru juga kurang mendapatkan dukungan psikososial dari pimpinan sekolah dan masyarakat luas. Yang tidak kalah pentingnya bahwa sejumlah para guru memiliki dua tanggung yang tidak bisa diabaikan, yaitu mengasuh anaknya sendiri di rumah dan mengajar peserta didik melalui daring.
Krisis Covid-19 menciptakan suatu situasi unik untuk bisa menampilkan kepemimpinan guru, kreativitas dan inovasi. Di seluruh dunia, guru bekerja secara individual dan kolektif untuk menemukan solusi dan menciptakan lingkungan belajar baru bagi siswa-siswanya, agar pembelajaran tetap dapat berlanjut ditengah pandemi.
Dalam sebagian besar kasus, tanpa ada peringatan dan persiapan yang cukup untuk menyiapkan, guru harus memodifikasi atau memadatkan kurikulum serta mengadaptasikan persiapan belajar untuk terjadinya pembelajaran.
Proses pembelajaran bisa lewat internet, HP, TV atau radio. Di beberapa negara terbelakang, terjadi sangat kurang konektivitas untuk internet, jaringan untuk HP, dengan begitu, memaksa guru untuk menyiapkan paket belajar.
Dalam kondisi apapun yang penting guru perlu secara kreatif membimbing siswanya untuk bisa mengeksplorasi berbagai peluang dari keberadaan internet untuk bisa dimanfaatkan untuk menggunakan medsos (Fb, Twitter, atau Instagram) untuk ngoptimalkan belajar, sehingga akhirnya bisa lebih mandiri dalam belajar.
Dewasa ini, guru menghadapi tantangan lainnya yang melebihi daripada dampak krisis. Karena itu tidaklah mudah menjadi seorang guru di awal abad ke-32. Tidak diragukan sedikitpun, bahwa dewasa ini terjadi penurunan status profesi mengajar secara global, juga turunnya respek terhadap guru.
Pada tataran dunia ada kepedulian yang tumbuh terhadap tingkat kompetensi dan kualifikasi guru. Demikian juga semakin luasnya kepedulian orangtua terhadap pendidikan anaknya, utamanya di era pandemi ini. Terlepas dari itu semua bahwa dewasa ini guru dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik tidak hanya peduli pada persoalan intelegensi, melainkan juga persoalan inteligensi artifacial, terutama terkait dengan persoalan automasi, termasuk juga dalam dunia pendidikan.
Dalam keadaan normal, pembuat kebijakan menghadapi tantangan kritis untuk mengidentifikasi keseimbangan kebijakan antara rekrutmen, pendidikan guru, pengembangan profesi yang berkelanjutan, insentif, dukungan dan motivasi yang diberikan untuk strategi pengembangan profesi yang efektif dan profesional para guru dan tenaga kependidikan untuk berkembang sebagai pemimpin.
Selama Krisis Covid-19 dan Kembali ke Sekolah :
jika issu-issu ini tidak diperhatikan secara benar- maka pembuat kebijakan akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan guru baru berbakat yang memiliki mindset kepemimpinan untuk menegakkan aspirasi tingkat global, regional dan nasional yang diperlukan oleh negara di era tantangan ini.
Salah satu aspek mendasar Sustainable Debelopment Goal #4 adalah perubahan dari issue tentang akses pendidikan ke kualitas pendidikan dan dampak pendidikan. Kepemimpinan guru menjadi sesuatu yang esensial dan memungkinkan untuk interpretasi yang lebih luas dan peran yang lebih besar di atas peran guru secara tradisional. Kepemimpinan guru akan memperluas peran sentral guru sebagai pemimpin untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
Akhirnya bahwa HGD 2020 diharapkan dapat mendorong guru mampu memainkan perannya yang tidak hanya berfokus terhadap penyelesaian persoalan pendidikan di era pandemi ini saja. Melainkan juga mampu menginisiasi terbangunnya strategi pengetahuan dan belajar yang dapat membentuk masa depan.
Pandemi tidak boleh membuat kita pesimis dalam hidup, melainkan harus bisa menciptakan optimisme dengan mengkondisikan iklim pendidikan yang mampu mengakselerasi perkembangan kreativitas dan menghasilkan berbagai inovasi, sehingga mampu menghadapi tantangan jaman secara produktif. Dirgahayu Guru se-Dunia.
0 komentar