Nusa Tenggara Timur (NTT) provinsi sejuta toleransi. Kira-kira seperti itulah frasa yang tepat untuk menggambarkan sebuah provinsi yang terletak di antara 8°- 12° lintang selatan dan 118°-125° bujur timur. Dalam keseharianya masyarakat di Provinsi NTT selalu menjunjung tinggi nilai toleransi, entah itu toleransi beragama, adat, budaya, dan sebagainya.
Adi Rianghepat dalam artikelnya di Okezone.com dengan judul “Rahasia Toleransi NTT, Tak Pernah Bertanya Apa A
Nusa Tenggara Timur (NTT) provinsi sejuta toleransi. Kira-kira seperti itulah frasa yang tepat untuk menggambarkan sebuah provinsi yang terletak di antara 8°- 12° lintang selatan dan 118°-125° bujur timur. Dalam keseharianya masyarakat di Provinsi NTT selalu menjunjung tinggi nilai toleransi, entah itu toleransi beragama, adat, budaya, dan sebagainya.
Adi Rianghepat dalam artikelnya di Okezone.com dengan judul “Rahasia Toleransi NTT, Tak Pernah Bertanya Apa Agamamu..?” benar-benar menggambarkan NTT sesungguhnya. Ungkapan tersebut terus tumbuh subur dalam generasi milenial NTT saat ini. Anak-anak milenial NTT sampai saat ini tidak pernah mempermasalahkan perbedaan agama. Anak-anak Milenial NTT lebih mengutamakan kehidupan bermasyarakat.
NTT benar-benar negeri titipan Tuhan yang paling indah. Sumber daya alam (SDA) masih asri dan selalu dijaga dengan baik oleh masyarakatnya. Tradisi merawat alam turun-temurun menjadi tradisi. Para sesepuh atau orang tua berpesan agar alam ini selalu dijaga.
Tradisi dan budaya saling terkait dan terikat. Tradisi jangan sampai hilang. Budaya jangan sampai tergerus zaman. Jangan sampai generasi muda melupakan tradisi nenek moyang. Sebab tradisi dan budaya NTT, sangat ramah dengan alam. Meneruskan tradisi dan budaya yang baik, sama dengan bersyukur pada Tuhan atas limpahan alam yang indah.
Memang ada budaya masyarakat di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang paling terkenal dan kontroversi, salah satunya adalah minum minuman keras (miras) yang terkesan amburadul. Namun, masyarakat di Provinsi NTT percaya bahwa minuman ini adalah minuman perdamaian. Bahkan, sebelum dilegalkanya minuman ini oleh Gubernur NTT (Victor Bungtilu Laiskodat) masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah dari jutaan tahun lalu mongkonsumsinya.
Minuman keras (miras)/minuman tradisional ini di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki berbagai macam nama. Di pulau Flores sendiri lebih dikenal dengan nama Moke. Di pulau Sumba disebut Peci. Di pulau Timor ada Sopi, dan masih banyak nama lainnya di setiap daerah. Namun, sebenarnya minuman keras/minuman tradisional tersebut hanyalah bagian dari budaya. Bagian dari perjamuan dalam tradisi untuk menjunjung perdamaian.
Di NTT masih banyak sekali tradisi dan adat istiadat. Mulai dari tarian, upacara-upacara adat, yang semua itu memberikan ciri dan khas masing-masing daerah. Hal menarik dari semua tradisi tersebut adalah sikap orang-orang NTT. Mereka selalu menghargai semua perbedaan tersebut. Di sinilah akar toleransi itu lahir. Toleransi bagi masyarakat NTT adalah menjaga dan mengakui hadirnya perbedaan identitas tersebut.
Nusa Tenggara Timur (NTT) atau bisa juga diplesetkan namanya menjadi “Negeri Titipan Tuhan” Bukan hanya alam yang indah, tetapi karya tangan masyarakat NTT juga luar biasa. Salah satu yang paling terkenal adalah kain tenun yang masih eksis hingga saat ini. Masing-masing daerah memiliki pola dan motifnya sendiri. Produk inilah yang menarik perhatian para wisatawan lokal hingga mancanegara. Mereka datang dan selalu membeli buah tangan tersebut.
Setiap motif kain tenunan dari masyarakat yang dibuat setiap daerah memiliki arti dan makna tersendiri. Bahkan motif atau kain tenunan ini dijadikan belis (mahar) saat perayaan adat, seperti pada pernikahan dan khitanan. Bagi wisatawan menjadi cinderamata yang paling mahal.
Selain itu, masyarakat di Kabupaten Ende juga mempercayai sarung tenunan dengan berbagai motif ini bisa dijadikan obat saat sakit. Bukan berarti masyarakat di Kabupaten Ende tidak perlu minum obat untuk mendapatkan kesembuhan, melainkan seluruh tubuh harus memakai sarung tenunan yang diyakini dapat menyerap darah sipemakai dan dapat membuat nyaman si pemakai. Pada kondisi nyaman, sebenarnya imunitas tubuh meningkat. Hal ini dibuktikan bahwa semakin lama sarung ini dipakai, akan semakin terasa nyaman.
Terkait dengan Kabupaten Ende ada hal menarik lainnya. Sejarah mencatat bahwa Founding Father negeri ini, IR.Soekarno, pernah dibuang di tanah ini. Dibuangnya sang proklamator ke tanah ini, seolah-olah sebuah settingan dari sang Mahakuasa agar beliau (Soekarno) dapat membuat falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pancasila). Saya kira itulah beberapa alasan pemuda/i milenial Nusa Tenggara Timur mengeluarkan ungkapan “Negeri Titipan Tuhan (NTT)".
Tradisi menuju kedamaian dengan miras.
Monica Zamoren
2020-10-23 19:51:10