Ada kecenderungan selama ini orang berkeyakinan bahwa konseling yang efektif ditentukan oleh pengguasaan ilmu dan keterampilan melaksanakan konseling saja, seakan-akan setelah seorang konselor memilki semuanya itu konseling pasti berhasil.
Diakui bahwa untuk mendapatkan pemikiran yang benar tidak cukup hanya mendasarkan pada hasil pemikiran dan ilmu pengetahuan semata, tetapi dalam beberapa kasus perlu pula didekati dengan cara agama.
Sebab pikiran dan ilmu pengetahuan tidak selalu mampu menjangkau semua persoalan yang dihadapi manusia. Agama sendiri merupakan salah satu landasan orang dalam menjalani hidup. Tidak dipungkiri seperti menjadi seorang konselor.
Konselor merupakan orang yang memiliki kemampuan secara profesional, berlatar belakang sarjana pendidikan Bimbingan dan Konseling (BK) yang juga menempuh PPG atau PPK, bahkan lebih baik juga meningkatkan kompetensi keilmuannya sampai ke jenjang pascasarjana.
Seorang konselor disebut juga helper (Penolong) harusnya memiliki sebuah kepribadian yang khusus dari pada yang lain. Hal ini dikarenakan membantu seseorang dibutuhkan rasa peduli, peka, maupun empati yang besar
Sikap-sikap tersebut hanyalah sebagian kecil sikap yang harus dimilki seorang helper. Dengan memiliki sikap tersebut hal-hal yang dilakukan kepada orang lain akan terasa lebih menyenangkan untuk diri sendiri dan memiliki manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Kepribadian yang baik merupakan aspek yang sangat penting yang harus dimiliki oleh seorang helper.
Menurut Brammer dalam Mapierre (1992) ciri-ciri pribadi helper adalah : (1) Awarness of Self and Values (2) Awarness of Cul-tural Experience (3) Ability to Analyze the Helper’s Own Feeling (4) Ability to Serve as Model and In-fluencer (5) Altruism (6) Strong Sense of Ethics (7) Responbility. Konselor adalah sebuah profesi yang membantu, dikarenakan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang konselor adalah memberikan pelayanan bimbingan dan konseling kepada klien. Konselor adalah profesi hal ini sangatlah jelas karena pekerjaan tersebut menuntut keahlian dari para petugasnya.
Sedangkan konseling merupakan sebuah pekerjaan yang membantu dijelaskan oleh George dan Cristiani dalam Latipun (2001) bahwa “Terdapat enam karateristik dinamika dan keunikan hubungan konseling dibandingkan hubungan membantu yang lainnya yaitu : (1) Afeksi, (2) Intensitas, (3) Pertumbuhan dan Perubahan, (4) Privasi, (5) Dorongan, (6) Kejujuran”.
Memilih Cara dan Materi Menolong :
Konselor dalam kasus kehilangan orang yang sangat dicintai, penyakit yang tidak kunjung sembuh, bencana alam dan sebagainya adalah peristiwa-peristiwa yang tidak dapat dijelaskan secara mudah dengan akal manusia.
Oleh sebab itu penolong sebaiknya memiliki keimanan yang kuat dan mentaatinya. Dengan keimanan itu memungkinkan penolong mencari jalan keluar melalui cara agama di samping melalui cara akal dan ilmu.
Menolong orang bukanhanya masalah “Cara” atau “Teknik” menolong, tetapi juga “Apa” yang akan diberikan kepada pihak yang ditolong. Istilah “Apa” di sini berkenaan dengan sesuatu yang diberikan kepada pihak yang ditolong adalah sesuatu yang benar dan baik untuk pihak yang ditolong, baik sesuatu itu berkaitan dengan pemikiran, tindakan, kata-kata, atau materi yang disampikan kepada subyek yang ditolong.
Diakui bahwa untuk mendapatkan pemikiran yang benar tidak cukup hanya mendasarkan pada hasil pemikiran dan ilmu pengetahuan semata, tetapi dalam beberapa kasus perlu pula didekati dengan cara agama, sebab pikiran dan ilmu pengetahuan tidak selalu mampu menjangkau semua persoalan yang dihadapi manusia.
Menjadi Konselor, Menjadi Penolong
Tentu, menjadi konselor harus lebih banyak mendengarkan memiliki jiwa altruisme, walaupun juga harus dipahami bahawasanya konselor bukan dewa yang mampu menyelesaikan persoalan dengan cepat, akan tetapi proses menolong ini harus di lakukan oleh kedua belah pihak agar tujuan menolong ini mampu untuk menghantarkan apa yang sejatinya mereka butuhkan.
Bahkan mengutip dalam berbagai agama bahwasanya menjadi manusia itu sebaiknya menjadi manusia yang bermafaat bagi orang lain. Selain itu di era yang semakin komplek seperti sekarang ini memasuki era industri 4.0 dan dengan adanya perubahan baru akibat, sehingga konselor perlu mengubah mindset pelayanan kepada konseli agar mereka mampu mengembangkan karakter positif dari dalam dirinya.
Tantangan dan Peluang Konselor di Era Disrupsi dan New Normal :
Konselor tentu mendapati tantangan dengan menjalani sebagai helper tentu hal yang menjadi tantangan, bahwasanya persoalan yang terjadi sekarang bukan hanya dengan melakukan layanan yang konvensional.
Akan tetapi seorang helper harus mempunyai berbagai inovasi baik secara pendekatan, maupun layanan yang membantu dalam menemukan solusi permasalahan yang sedang atau akan dituntaskan oleh konselor dengan konseli.
Selain itu konselor juga harus juga meningkatkan berbagai wawasan tentunya dalam berbagai bidang yang telah mengalami perubahan era disrupsi seperti sekarang ini. Selain menjadi tantangan tentu terdapat peluang didalamnya bahwasanya seorang konselor harus menjadi individu yang mampu dengan dirinya sendiri.
Dengan kemampuan yang dimiliki juga harus mampu mengentaskan persoalan orang lain, baik di bidang Pribadi, Sosial, Belajar dan Karir. Harus selalu memiliki inovasi dan perubahan dalam berbagai layanan, mengembangkan pendekatan yang lebih solutif dan singkat sehingga nantinya mampu membantu dalam tercapainya individu yang sukses.
Akan tetapi proses konseling yang berhasil harus dibarengi dengan komitmen dari konseli yang kuat. Dan konselor dilarang untuk memberikan judge kepada konseli. Oleh karenya mulai sekarang jangan sungkan untuk mendiskusikan dengan konselor kalian. Yuk Diskusikan Aja.
0 komentar