Sejak bulan maret 2020 virus Covid-19 menyerang Indonesia hingga saat ini. Ratusan ribu orang meninggal dunia dan ratusan tenaga medis juga telah gugur dalam menjalankan tugasnya.
Pada saat awal munculnya Covid-19, masyarakat Indonesia masih terlihat biasa saja terhadap virus ini. Tidak banyak kecemasan yang dirasakan, tidak ada kepanikan yang terjadi. Semuanya tetap berjalan seperti tidak terjadi apa-apa. Bahkan, semua angkutan umum masih beroperasi seperti biasanya.
Sekolah dan perkantoran masih beroperasi layaknya semua baik-baik saja. Hingga beberapa bulan kemudian tepatnya bulan Maret, kasus melonjak drastis seperti bom waktu yang tidak dapat dihentikan. Pembatasan sosial berskala besar mulai dilakukan di seluruh Indonesia.
Penerbangan dihentikan, pusat perbelanjaan ditutup, jalanan dikosongkan, tempat ibadah ditutup. Semua orang melakukan kegiatannya hanya di rumah saja. Hal tersebut dilakukan guna mencegah penyebaran virus Covid-19. Sejak saat itu, muncul istilah new normal.
Artinya, semua kebiasaan yang dahulu dilakukan berubah menjadi kebiasaan baru seperti, menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker. Hal itulah yang kini sedang dijalani oleh masyarakat Indonesia.
Tentunya, perlu adaptasi untuk melakukan kebiasaan ini dari kebiasaan sebelumnya. Di awal mula percobaan new normal, terlihat masyarakat Indonesia yang kaget atas kebiasaan baru ini namun, seiring berjalannya waktu sudah mulai bisa beradaptasi dengan era new normal.
Ekonomi Indonesia menurun drastis pada situasi ini. Restoran, hotel, tempat wisata, sepi pengunjung bahkan tidak ada sama sekali. Banyak pengusaha kecil maupun besar yang gulung tikar karena keadaan ini.
Tidak hanya itu, dunia pendidikan juga menjadi kacau akibat pelajar yang tidak bisa belajar langsung di sekolah. Sistem pembelajaran pada era new normal ini menggunakan sistem daring yang di mana sistem pembelajaran tersebut membutuhkan gawai untuk dapat melaksanakannya.
Pelajar di perkotaan yang sudah akrab dengan gawai tentunya tidak mengalami kesulitan jika sistem pembelajaran yang awalnya tatap muka menjadi pembelajaran berbasi video meeting.
Kesulitan yang dialami pelajar di perkotaan mungkin hanya terletak pada kesulitan memahami materi karena tidak bertatap secara langsung dengan guru. Jika pembelajaran dilakukan langsung di alam kelas, maka antara guru dan siswa tidak memiliki batasan dalam bertanya dan guru dapat mengontrol kegiatan siswa selama belajar lebih baik di banding hanya bertatap melalu layar kamera.
Sebenarnya, kesulitan yang amat sangat dirasakan oleh pelajar di pedesaan. Mereka tidak memiliki gawai pribadi untuk belajar. Di dalam satu rumah biasanya hanya orang tua, kakak atau abang yang memiliki gawai.
Sehingga, siswa harus meminjam milik saudaranya untuk belajar atau sekedar mengirim tugas. Sedangkan si pemilik gawai tentunya juga memiliki kebutuhan terhadap gawainya. Bagaimana jika di dalam satu rumah ada dua bahkan lebih siswa yang sekolah? Tentunya akan lebih sulit.
Terkhusus untuk siswa SD di desaku yang mengalami sistem pembelajaran daring ini, mereka adalah pelajar di antara tingkat pendidikan yang paling terkena dampaknya. Pertama, mereka tidak mempunyai gawai pribadi sehingga harus pinjam milik saudara atau orang tua.
Kedua, mereka tidak bisa belajar sendiri ketika di beri tugas karena mereka masih terlalu kecil untuk di biarkan belajar sendiri, lain halnya dengan siswa SMP atau SMA. Ketiga, siswa tingkat SD merupakan proses belajar paling dasar dalam segala jenjang pendidikan.
Oleh karena itu, jika pondasi ilmu pelajaran mereka tidak kuat maka sulit untuk naik ke jenjang selanjutnya. Keempat, siswa SD lebih banyak main daripada belajar ditambah orang tua di desa tidak terlalu memperhatikan pendidikan anaknya karena mereka sibuk bekerja.
Diantara kesulitan yang terjadi pada dunia pendidikan semalam masa Covid-19 ini khususnya pada jenjang pendidikan SD, kita masyarakat Indonesia tidak bisa banyak melakukan apa-apa. Intruksi yang di perintahkan oleh pemerintah sebaiknya dipatuhi saja karena pemerintah pasti sudah melakukan hal terbaik untuk negara ini.
Segala aturan yang telah dibuat hendaknya jangan ditentang apalagi sampai membuat ujaran kebencian di sosial media. Banyak kita lihat ujaran kebencian yang dilontarkan untuk pemerintah di masa pandemi ini.
Tidak seharusnya sebagai warga negara yang baik kita memprovokasi seperti itu. Keadaan yang terjadi di negara kita saat ini sudah sangat berat, jangan membuat keadaan semakin rumit hanya dengan tulisan-tulisan yang kita tulis di media sosial.
Alangkah lebih baik jika sekarang kita lebih produktif lagi melakukan aktifitas-aktifitas dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Ingatlah bahwa virus tersebut tidak terlihat, jadi kita harus tetap waspada tidak boleh lengah. Meski di luar kelihatannya baik-baik saja, namun yang akan menolong diri kita hanyalah diri kita sendiri bukan orang lain.
0 komentar