Pendidikan sangat penting untuk generasi penerus bangsa ini, tetapi pada masa pandemi Covid-19 kondisi pembelajaran terasa sangat memprihatinkan, dengan berbagai hambatan yang sangat banyak terutama di daerah pelosok desa yang tertinggal atau kurang maju.
Sistem belajar daring di tengah pandemi berjalan dengan efektif di kota atau masyarakat tertentu, bisa kita perhatikan pembelajaran daring tidak berjalan efektif pada desa-desa pelosok atau tertinggal dikarenakan terbatasnya pengetahuan, keterampilan, kondisi dan situasi, media digital dan sulitnya dalam mendapatkan jaringan.
Pembelajaran luring saat ini dirasakan oleh siswa SD Negeri desa Wonogiri kecamatan Kajoran kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Di tengah masa pandemi seperti ini, siswa harus tetap menjalankan pembelajaran luring dengan pembagian kelas yang telah ditentukan dan hari tertentu setiap satu minggu.
Hal ini terjadi karena terbatasnya media digital yang ada di masyarakat serta terbatasnya jaringan dalam menggunakan internet. Pengetahuan yang tertinggal dan keterampilan dalam media digital sangat memengaruhi sistem pembelajaran saat ini guna pembelajaran siswa dalam memperoleh pendidikan yang khalayak.
Di tengah wabah ini, siswa tetap semangat berangkat ke sekolah untuk memperoleh pembelajaran secara luring dengan pembagian kelas, tiga kali dalam seminggu. Pada hari senin, rabu, dan jumat kelas luring atau siswa yang berangkat ke sekolah yaitu kelas satu, tiga, dan lima sedangkan hari selasa, kamis, dan sabtu untuk siswa yang datang ke sekolah yaitu kelas dua, empat dan enam.
Pembagian tersebut dilaksanakan agar kelas tidak terjadi kerumunan dan tetap melaksanakan protokol kesehatan guna pencegahan Covid-19 terhadap siswa. Semangat siswa yang setiap kali datang ke sekolah menginspirasi kita pada masa pandemi yang mana wilayah lain sudah menggunakan daring secara efektif.
Namun siswa SD yang berada di desa masih tetap menggunakan cara pembelajaran secara tatap muka, yaitu dengan datang secara langsung tanpa himbauan digital. Siswa diberikan arahan belajar secara tatap muka, dengan kesempatan di hari yang telah ditentukan, yaitu pada saat luring.
Pembelajaran saat ini diwajibkan menggunakan ponsel atau laptop dengan dilengkapi jaringan yang memadai, tetapi masyarakat di desa tidak keseluruhan menguasai dan mempunyai digital karena keterbatasan perekonomian, pengetahuan, dan keterampilan tertentu yang juga sangat berpengaruh kegiatan ini terjadi sehingga tidak semua siswa dapat melaksanakan pembelajaran secara daring.
Padahal di kondisi pandemi ini masyarakat sudah menggunakan belajar daring. Dengan jaringan internet yang pembelajarannya dilakukan di rumah masing-masing. Dimonitoring secara virtual sehingga, apabila terjadi ketidak pahaman siswa dapat terarah dan terdidik melalui ponsel yang telah tersedia.
Berbeda dengan pembelajaran desa, siswa mendapatkan kesempatan arahan dan bertanya pada saat luring di hari yang telah ditentukan saja. Apabila siswa terjadi ketidak pahaman, maka siswa bertanya kepada teman atau masyarakat setempat yang ada di sekitarnya.
Sehingga apabila masyarakat terdekat tidak mengetahui apa yang dimaksudkan oleh siswa hingga terjadi tidak adanya jawaban akurat, maka siswa tersebut hanya bisa seperti itu saja tanpa adanya kemajuan yang terarah dan terdidik oleh guru dikarenakan komunikasi yang sangat terganggu.
Hingga kini masalah ketersediaan sekolah bagi anak-anak di pedalaman pelosok desa,dalam kegiatan proses belajar mengajar juga dilakukan secara autodidak. Dengan inisiatif, buku, atau referensi secara mandiri tanpa bantuan jaringan yang tersedia di era modern ini Kondisi desa terpencil, memaksa setiap siswa yang ingin memperoleh ilmu pengetahuan pada pendidikan dasar harus berangkat ke sekolah.
Tanpa memandang berbagai risiko kesehatan di masa pandemi. Sehingga masyarakat mempunyai tekad dan kemauan kerja keras yang tinggi agar cita-cita tercapai menjadi generasi penerus bangsa, yang sukses dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baik terdidik.
Dari berbagai hambatan yang mewajibkan siswa datang ke sekolah di masa pandemi seperti ini siswa, tetap tidak ada rasa patah semangat dengan keterbatasan tertentu.
Bahkan siswa sebagian besar bersikap sangat rajin dan mempunyai antusias belajar mendapatkan ilmu yang luas sangat tinggi. Siswa sebagian besar merasa senang dan ada rasa kekaguman tersendiri terhadap hal yang baru, sehingga menimbulkan sikap yang kritis dan rasa ingin tahu yang tinggi dibandingkan dengan siswa lain pada umumnya.
Apabila hal ini terjadi pada masyarakat atau siswa yang tidak berada di pelosok, yakni pada masyarakat kota dengan ketersediaan yang maksimal, maka akan lebih sempurna penerapan sikap masyarakat desa jika diterapkan.
Pembelajaran akan lebih maksimal apabila semua fasilitas terpenuhi, tetapi apabila segala fasilitas maksimal tidak ada sikap yang maksimal akan sama saja hasil tingkat pendidikan yang diperoleh oleh pribadi masing-masing.
Siswa yang melaksanakan kegiatan luring atau tatap muka dengan hari tertentu tersebut, pada saat melakukan Ulangan Akhir Semester atau ulangan penilaian lainnya tetap melakukan penilaian dengan pengerjaan secara langsung.
Berupa kertas yang telah dicetak oleh seorang guru agar siswa dapat mengerjakan dengan maksimal, dan nilai yang tinggi mencapai nilai kkm agar lulus dengan prestasi.
Masih banyak pula siswa yang tidak mempunyai alat tulis atau alat tulis seadanya, sehingga sekolah memberikan fasilitas alat tulis pada saat melakukan ujian dilakukan.
Dengan semangat, kesabaran, dan kemauan yang tinggi diharapkan siswa menjadi manusia yang berpendidikan terdidik, pengetahuan luas, keterampilan yang kreatif dan inovatif.
Serta bermanfaat dunia dan akhirat dengan sikap yang baik tanpa menyimpang sehingga apa saja kondisi dan situasinya, banyak rintangan yang menghalang, dengan keterbatasan seadanya, belajar dengan tekun dan giat akan menghasilkan hasil yang maksimal pada suatu nantinya dalam menuntut ilmu.
0 komentar