Pahlawan merupakan sosok seorang pejuang dengan keberanian dan pengorbanan membela Negara Republik Indonesia dalam membela kebenaran, memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan dengan tujuan masyarakat aman, tenteram, damai dan adil.
Pasca melawan kolonialisme kini pahlawan telah dikenang di berbagai sejarah Indonesia yang sangat berperan penting memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Kanjeng Pangeran Hariyo Hadiwijoyo adalah salah satu tokoh penting yang ikut memperjuangkan kemerdekaan saat melawan kolonialisme di zaman kerajaan Mataram, namun beliau tidak diketahui oleh banyak masyarakat dan terabaikan hingga saat ini.
Kanjeng Pangeran Hariyo Hadiwijoyo merupakan putra keduabelas dari Sinuhun Amangkurat IV ing kartosura dengan Mas Ayu Karoh. Beliau kakak dari BPH Mangkubumi Sultan Hamengkubuwono ke 1 yang merupakan putra kelimabelas yang bertempat tinggal di Kampung Gajahan sebelah barat keraton Yogyakarta. Jabatan yang beliau pegang yakni sebagai penghulu pathok negara pertama yang berada di Desa Mlangi, Sleman Yogyakarta.
Pangeran Hariyo Hadiwijoyo saat ini dimakamkan di Korowelang Kaliabu, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, dengan keterangan wafat pada masa kerajaan mataram yaitu tahun 1753.
Pada saat memperjuangkan kemerdekaan, beliau yang berkediaman di Yogyakarta kemudian berangkat ke Magelang karena terjadi penangkapan yang dianggap tidak tunduk kepada Belanda.
Beliau memiliki jabatan di kerajaan mataram namun merasa kecewa karena tidak puas dengan pemerintahan PB II yg terlalu tunduk pada kehendak Kolonialisme, Pangeran Hadiwijoyo akhirnya memilih keluar dari keraton dan melakukan perlawanan terhadap kolonialisme, pemberontakan tersebut juga diikuti oleh Raden Mas Said putera Pangeran Arya Mangkunegoro.
Kondisi kerajaan dan masyarakat lebih dominan tunduk dengan Belanda, hal tersebut semakin membuat Belanda bertindak semena-mena terhadap rakyat, maka Kanjeng Pangeran Hariyo Hadiwijoyo segera melakukan perlawanan terhadap belanda secara diam-diam tanpa pengetahuan siapapun.
Beliau bersembunyi di desa Tegal Bayem, dimana desa tersebut sebutan desa yang tidak diketahui oleh siapapun atau bersifat rahasia agar tidak diketahui oleh masyarakat ataupun Belanda. Beliau dengan Raden Mas Said melakukan pertemuan di Desa Tegal Bayem yang belum diketahui oleh siapapun yakni untuk membahas siasat perang mereka melawan Belanda. Seusai pertemuan tersebut Pangeran Hadiwijoyo meneruskan gerilya di daerah Magelang.
Dengan waktu yang cukup lama beliau dicari oleh tentara belanda yang dipimpin oleh Letnan Gulman. Disaat beliau sedang mandi di sungai Korowelang Kali Abu, tiba-tiba sepasukan Belanda dibawah komando Letnan Gulman datang menyerang sehingga beliau ditemukan oleh tentara Belanda.
Pangeran Hadiwijoyo segera meloncat ke atas kuda sebagai kendaraan pada zaman peperangan dahulu untuk mengambil senjata. Namun istrinya, Mas Ayu Gondosari yg sedang mandi berteriak agar suaminya kembali menjemput dia. Disaat itu tentara belanda tersebut menembak dan yang sudah mendekat langsung memenggal kepala Pangeran Hadiwijoyo.
Letnan Gulman membawa kepala tersebut ke komandan kolonialisme di Semarang untuk meminta hadiah sebagai imbalan, serta dijadikan bukti bahwa ia telah mengalahkan Pangeran Hadiwijoyo tersebut sedangkan jasadnya dimakamkan di Korowelang beserta senjata dan pusaka yang dimilikinya.
Konon katanya, jika badan seluruh tubuh anggota badan Pangeran Hadiwijoyo disatukan maka dengan kesaktiannya beliau masih dapat hidup kembali sehingga tubuh dipisahkan diberbagai kota oleh pasukan kolonial.
Kerabat dan keluarga dekatnya dianggap berperan penting dengan kedudukan yang tinggi mengakhiri perlawanan dengan mendapat kedudukan sebagai seorang raja dan adipati serta perjuangannya diakui oleh Negara Republik Indonesia dengan anugerah gelar Pahlawan Nasional. Tetapi pangeran Hadiwijoyo terlupakan. Hanya keluarga Mangkunegaran yang masih rutin berziarah mendoakan ke makam setiap tahunnya dan mengenang beliau.
Kisah leluhur BPH Hadiwijaya atau sering disebut dengan Pangeran Hadiwijaya Seda ing Kali Abu ternyata adalah sosok pahlawan yang terlupakan. Ia hadir bersama Pangeran Mangkubumi (HB 1) dan Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa) dalam mempertahankan martabat Mataram Islam dan Budaya Jawa berakhir di Kaliabu, Salaman, Magelang.
Pangeran Hadiwijoyo dengan keberaniannya melawan penjajah secara diam-diam telah berperan penting dalam memperjuangkan Bangsa Indonesia. Beliau menjadi sosok yang patut dicontoh keberanian dengan tekad kecintaanya terhadap bangsa Indonesia. Sosoknya dalam tatanan masyarakat yang sangat baik sebagai seorang ulama di Indonesia juga sebagai Sultan, Cendekiawan, Saudagar dan juga Pejuang Bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan masa kerajaan Mataram.
Pangeran Mangkubumi menjadi raja dengan gelar Hamengkubuwono I, sedang Raden Mas Said memimpin suatu kerajaan di wilayah Surakarta dengan gelar KGPAA Mangkunegoro I. Adapun Pangeran Hadiwijoyo meninggalkan beberapa putera yang salah satunya bernama Kusumodiningrat yang kemudian berputera Adiwijoyo I.
Adiwijoyo I kemudian menikah dengan putri Mangkunegoro II. Dari hasil pernikahan ini lahirlah Raden Mas Sudiro yang kemudian berganti nama sebagai Pangeran Gondokusumo dan kelak diangkat sebagai MN IV menggantikan MN III.
Dengan demikian bila dilihat dari garis keturunan laki maka sejak MN IV hingga Mangkunegoro IX dijabat oleh mereka yang berasal dari keturunan Pangeran Hadiwijoyo bukan Mangkunegoro I. Pahlawan yang kurang dikenal dengan makam yang berada di desa Kaliabu tersebut.
Pemerintah dan masyarakat seolah tidak peduli dengan keberadaanya hingga pemerintah dan masyarakat bahkan tidak mengetahui sejarah dan keberadaannya sampai saat ini.
Pangeran Hadiwijoyo diberi sebutan BPH-Hadiwijoyo Seda Kaliabu yaitu Pangeran sedo ing lepen Kaliabu, sebab beliau meninggal dalam pertempuran di Desa Kaliabu.
Dengan berbagai pendapat masyarakat setempat keluarga kerajaan keraton sebagian besar hingga saat ini masih sering datang ke makam Pangeran Hadiwijyo di Desa Kaliabu dengan mendoakan dan mengenang jasa perjuangan. Jangan sampai melupakan jejak sejarah perjuangannya, bagaimana pun beliau mempunyai peran penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
0 komentar