Pembelajaran Daring Yang Memanusiakan Manusia
Essay

Kurang lebih sudah sembilan bulan lamanya Covid-19 menyebar di muka bumi ini. Bermula dari Provinsi Wuhan, China, kini Covid-19 telah menyebar hampir di seluruh permukaan bumi. Data terkini dari situs https://covid19.who.int/ (7/9/2020) bahwa, terdapat 231,225 kasus baru, 27 juta total kasus terkonfirmasi, serta 881 ribu total kasus kematian akibat Covid-19.
Virus Covid-19 menyebar dengan cepat hingga sampai ke pelosok desa-desa di seluruh nusant
Kurang lebih sudah sembilan bulan lamanya Covid-19 menyebar di muka bumi ini. Bermula dari Provinsi Wuhan, China, kini Covid-19 telah menyebar hampir di seluruh permukaan bumi. Data terkini dari situs https://covid19.who.int/ (7/9/2020) bahwa, terdapat 231,225 kasus baru, 27 juta total kasus terkonfirmasi, serta 881 ribu total kasus kematian akibat Covid-19.
Virus Covid-19 menyebar dengan cepat hingga sampai ke pelosok desa-desa di seluruh nusantara, kini di nusantara banyak daerah yang dinyatakan sebagai zona merah karena, di daerah-daerah tersebut banyak orang yang sudah terkena atau terjangkit oleh virus Covid-19, sehingga di daerah Indonesia sebagian besar masih memberlakuan sistem lock down maupun PSBB.
Indonesia merupakan satu dari ratusan negara yang terdampak Virus Covid-19. Kondisi seperti saat ini mengakibatkan banyak sektor-sektor yang terganggu aktivitasnya, sebut saja perkenomian, kesehatan, dan pendidikan. Tiga sektor tersebut merupakan sektor yang paling besar terkena dampak dari adanya Covid-19.
Pendidikan juga merupakan sektor yang terkena dampak dari virus Covid-19 ini, setelah menyebarnya virus ini di Indonesia mengakibatkan, pendidikan di Indonesia baik dari segi Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Perguruan Tinggi tidak bisa menjalankan pembelajaran secara langsung atau tatap muka di sekolah maupun Perguruan Tinggi, melainkan melakukan proses pembelajaran secara virtual atau dalam jaringan.
Pembelajaran dalam jaringan ini juga menjadi tantangan yang sangat besar bagi bidang pendidikan karena, tidak ada kesiapan serta sebagian sekolah dan guru tidak siap untuk menjalankan pembelajaran dengan sistem dalam jaringan seperti ini karena, kurang menguasai teknologi (IT) sebagian besar guru dan siswa, terutama siswa di tingkat Pendidikan Dasar dalam menguasai bidang teknologi.
Ini merupakan salah satu masalah pada sektor pendidikan dari adanya dampak Covid-19 yang mengakibatkan pembelajaran tidak bisa maksimal. Pendidikan membantu manusia menyempurnakan dirinya sebagai manusia.
Pendidikan dan manusia adalah satu bagian yang tidak bisa terpisahkan, terlepas dari apa yang menjadi cita-cita atau harapan masa depan. Kemanusiaan menjadi bagian penting dari misi penididikan. Manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan istimewa.
Di mana semua hal yang dapat dilakukan manusia berasal dari anugerah kodrati, pemberian sempurna Sang Pencipta dalam bentuk tubuh, jiwa, pikiran, dan perasaan. Kesempurnaan manusia ada dalam kodrat kemanusiaannya, bukan atas usaha manusianya melainkan sebagai anugerah pencipta.
Kesempurnaan manusia dalam dimensi kemanusiaannya itu, eksis di dalam ketidak sempurnaan manusia. Kesempurnaan di dalam tubuh yang tidak sempurna, memiliki kelemahan, di mana dapat merasakan sakit, memiliki batas kemampuan dan daya tahan. Kesempurnaan dalam jiwa yang bersemangat penuh gairah dan juga rapuh yang mungkin mati sebelum waktunya.
Kesempurnaan dalam perasaan yang dapat marah, sedih, kecewa, gembira. Kesempurnaan dalam pikiran yang dapat memikirkan hal yang membangun dan merusak, pikiran yang mencipta dan menghancurkan.
Pendidikan berperan dalam pilihan-pilihan manusia, yaitu kehancuran atau pengembangan kemanusiaan, yang merusak atau membangun, yang mematikan atau memberi kehidupan, yang mencipta atau menghancurkan.
Pendidikan yang memanusiakan manusia adalah pendidikan yang berorientasi pada kemanusiaan manusia dengan model pendidikan yang mengembangkan ruang bagi pengembangan dimensi kemanusiaan ke arah perwujudan tertinggi dari pengembangan tiap dimensi, ruang kebebasan, dan ruang bagi refleksi pribadi atau kelompok.
Kemanusiaan yang menjadi bagian penting misi pendidikan. Brook mengutip JohnDewey (Brook & brook, 1993:9) yang menentang pemikiran bahwa pendidikan adalah untuk mempersiapkan masa depan. Sebaliknya, Dewey berpendapat bahwa belajar/pendidikan adalah bagian dari kehidupan itu sendiri dan bukan untuk mempersiapkan masa depan.
Menurut Dewey: “education be viewed as process of living and not preparation for future living”. Pendapat Dewey dapat ditafsir bahwa pendidikan adalah proses yang membantu perkembangan manusia atau dengan kata lain memanusiakan manusia. Pendidikan membantu manusia menyempurnakan dirinya sebagai manusia.
Pendapat Dewey ini tidak serta merta mengabaikan masa depan. Apabila ditelusuri dengan seksama maka secara tidak langsung, pendidikan juga berpengaruh pada masa depan nara didik.
Bukankah manusia yang senantiasa menyempurnakan dirinya itu melalui proses belajar atau yang disebut para filsuf, penyempurnaan melalui kegiatan imanem dan kegiatan transitif (Louis, 1984:37) ini yang menjadi pemilik masa depan?
Artinya, para peserta didik akan membentuk masa depannya sendiri melalui proses penyempurnaannya, antara lain melalui pendidikan dan proses belajar. Pendapat Dewey ini, ingin mengedepankan yang utama, yaitu pendidikan pertama-tama tidak semata-mata ditujukan demi masa depan tetapi demi kemanusiaan manusia itu sendiri.
Pendidikan dan manusia adalah satu bagian yang tak terpisahkan, terlepas dari apa yang menjadi cita-cita atau harapan masa depan. Keterikatan ini menunjukkan bahwa idealnya, pendidikan berorientasi pada kemanusiaan manusia.
Masalahnya, apakah lembaga-lembaga pendidikan yang telah mewarnai misinya dengan kemanusiaan itu telah memberikan fasilitas yang memadai melalui proses pendidikan bagi pengembangan kemanusiaan manusia atau hanya untuk persiapan masa depan? Sehingga misi kemanusiaan itu hanya akan menjadi semboyan belaka.
Pendidikan yang memanusiakan manusia adalah pendidikan yang berorientasi pada kemanusiaan manusia dengan model pendidikan yang mengembangkan ruang bagi pengembangan dimensi kemanusiaan ke arah perwujudan tertinggi dari pengembangan tiap dimensi, ruang kebebasan, dan ruang bagi refleksi pribadi atau kelompok.
Sektor pendidikan juga merupakan sektor yang terdampak Covid-19 yang paling parah sehingga mau tidak mau kegiatan pembelajaran tatap muka harus dirombak menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang sangat mengandalkan pemanfaatan teknologi.
Perubahan model pembelajaran ini menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku pendidikan, mulai dari siswa hingga guru. Guru dengan latar belakang teknologi yang berbeda-beda menjadikan PJJ belum dapat terlaksanakan secara maksimal, terlebih lagi bagi guru yang sudah berusia lanjut.
Guru dituntut untuk beradaptasi dengan cepat, karena tidak ada jalan lain selain menggunakan teknologi terkini untuk PJJ. Whatsapp, Google Classroom, Zoom, Google Meet, dan lainnya harus dilahap habis oleh setiap guru, karena hanya dengan aplikasi-aplikasi tersebut pembelajaran dapat terus berlangsung walaupun peserta didik harus belajar dari rumah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Pendidikan di tengah pandemi Covid-19 ini dirasa tidak bisa maksimal bagi pendidik, karena belum siapnya atau belum menguasainya bidang IT untuk guru dan selebihnya untuk siswa dari PAUD dan SD yang hanya mengandalkan orang tuanya saja, di mana belum tentu orang tuanya juga mengetahui dan mengerti tentang IT.
Pendidikan di masa pandemi ini setiap siswa harus mandiri dalam belajarnya karena tidak bisa bertatap muka dengan pendidik atau gurunya, sehingga guru memberikan materi dan menjelaskanya, selebihnya siswa dianjurkan untuk belajar secara mandiri.
Hal ini memang tantangan luar biasa bagi pendidikan karena siap tidak siap dan mau tidak mau harus menjalankan pendidikan secara daring atau online sehingga semua pendidik di tuntut untuk bisa menguasai IT.
Pendidikan adalah hal yang paling utama. Pendidikan yang akan menentukan nasib kedepanya suatu bangsanya sendiri, maka pendidikan merupakan hal yang penting bagi suatu bangsa untuk diadakan dan dilaksanakan atau di selenggarakan suatu negara.
Tetapi dengan adanya pandemi wabah Virus Covid-19 ini membuat pendidikan tidak bisa di laksanakan secara langsung di sekolah. Dengan adanya kebijakan physical distancing untuk memutuskan penyebaran wabah memaksa perubahan dari pendidikan formal di bangku sekolah menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pembelajaran dari rumah secara online.
Dalam pembelajaran, terjadi perubahan yang signifikan mengenai media pembelajaran. Media pembelajaran kini semua berbasis internet, sehingga semua kegiatan pembelajaran dapat dikatakan tidak bisa lepas dari internet.
Sebelumnya pembelajaran tatap muka siswa dapat fokus pada pembelajaran karena lingkungan belajar yang mendukung, kini di kondisi pandemi siswa semakin tergganggu fokusnya karena lingkungan rumah yang tidak selalu kondusif untuk pembelajaran.
Berhubung pembelajaran yang berbasis online, amunisi yang diperlukan guru dan siswa kini bukan hanya berupa alat tulis, melainkan kuota internet juga menjadi pokok amunisi dalam proses pembelajaran. Internet bagaikan tulang dan kuota bagaikan otot yang bisa menggerakkan tulang tersebut, sehingga kuota adalah hal utama yang harus dimiliki oleh siswa.
Namun, sayangnya saat ini masih banyak golongan siswa yang belum mampu untuk membeli kuota internet, bahkan ada juga yang belum mempunya piranti untuk mengakses internet. Hal ini mengakibatkan pembelajaran jarak jauh yang dari awal memang sudah kurang efektif dibanding pembelajaran secara langsung, kini semakin menyulitkan.
Siswa sebelum berpikir mengenai ilmu yang akan ia serap dari guru, malah selalu terbayang mengenai akses untuk PJJ. Kini orang tua dari setiap siswa harus memfasilitasi anaknya sendiri demi bisa mengikuti sekolahnya mulai dari perangkat untuk mengakses internet dan kuota, sehingga orang tua harus terlibat juga dalam hal ini.
Sehingga di masa pandemi ini setiap peserta di tuntut untuk bisa mengoperasikan komputer ataupun hp untuk bisa belajar, karena dengan menggunakan piranti tersebutlah yang menjadi jembatan yang dapat digunakan siswa belajar dan menerima tugas dari gurunya.
Pada masa pandemi ini juga, media pembelajaran pun berubah serba menggunakan internet yang semulanya menggunakan buku, LKS dan lainya kini berubah menggunakan e-book dan lainya yang bersifat online.
Sistem pembelajaran online tidak mudah bagi siswa, disamping disiplin diri untuk bisa belajar mandiri namun juga ada fasilitas dan sumber daya yang harus di sediakan. Banyak orang tua dari murid maupun juga tenaga kependidikan yang kesulitan dengan sistem belajar sekarang ini.
Kesulitan tersebut salah satunya kesulitan untuk menyediakan fasilitas perangkat belajar seperti dengan ponsel, komputer atau laptop serta kuota yang dapat menghubungkan perangkat dengan internet.
Sistem pembelajaran online di masa pandemi ini akan berdampak negatif bagi siswa yang orang tuanya tidak bisa memasilitasi anknya untuk belajar. Karena di ketahui setelah adanya pandemi wabah virus ini banyak buruh dan pekerja lainya yang di pulangkan atau di PHK.
Dengan kondisi seperti ini maka orang tua tidak bisa memfasilitasi untuk anaknya bisa belajar sehingga bisa berpotensi bagi anak yang tidak bisa mendapatan fasilitas dengan baik akan putus belajarnya atau sekolahnya sehingga dalam waktu lama anak-anak yang putus sekolah ini akan menjadi pengangguran, yang mengakibatkan angka pendidikan di suatu negara rendah dan pengangguran meningkat.
Sehingga pembelajaran harus memanusiakan manusia, karena peserta didik meskipun belajar secara online tetapi harus mandiri, sehingga guru hanya memberikan materi yang akan disampaikan saja maka, guru tidak bisa menargetkan apa yang diinginkan seperti saat pembelajaran luring karena semua itu juga bergantung fasilitas yang dimiliki oleh peserta didik masing-masing untuk menunjang pembelajaran secara online.
Misalnya dalam kegiatan pembelajaran, guru tidak hanya memberikan tugas, melainkan guru menuntun peserta didiknya untuk semangat belajar serta bisa mandiri dalam belajarnya, dan jika seorang guru memberikan penilaian kepada peserta didiknya dengan penugasan jika hasil yang dikerjakan oleh peserta didik jawabanya tidak sesuai atau tidak tepat seperti jawabanya.
Guru tidak bisa menyalahkan karena dengan belajar online apalagi hanya membaca materi tanpa ada penjelasan dari guru yang rinci akan menimbulkan persepsi atau pikiran yang berbeda-beda sesuai yang di tangkap peserta didik masing-masing sehingga, seperti telah disebutkan sebelumnya.
Guru dituntut untuk bisa cepat beradaptasi terhadap kondisi terkini yang mengharuskan menggunakan pembelajaran berbasis online serta menyadari dengan keberhasilan peserta didik di masa pandemi ini bahwa tidak 100% seperti yang sudah di tagergetkan oleh guru sebelumnya.
Sehingga membuat banyak pihak menyelenggarakan pelatihan-pelatihan terkait aplikasi-aplikasi pendukung PJJ agar pembelajaran online bisa maksimal. Pelatihan tersebut menjadi pilihan terbaik bagi guru untuk bisa dengan cepat beradaptasi terhadap kondisi terkini.
Namun, tidak semua guru mampu beradaptasi dengan cepat, ada guru yang sudah lanjut usia dimana mereka merasa kesulitan untuk mengikuti PJJ, ada juga yang dari awal gagap teknologi (Gaptek) sehingga kesulitan pula untuk cepat beradaptasi.
Walau begitu, guru-guru tetap mencoba beradaptasi, dengan banyak berdiskusi dengan guru-guru lain. Guru-guru yang sudah lanjut usia pun masih semangat dalam belajar dengan teknologi terkini agar bisa mengikuti perkembangan dan melaksanakan pembelajaranya di masa pendemi ini.
Guru beradaptasi mempelajari aplikasi untuk pembelajaranya menggunakan Zoom Metting, Google Classroom, Google Meeting dan lainya yang sekiranya siswa tidak kesusahan untuk mengikutinya. Keluh kesah peserta didik dengan adanya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini seperti, materi yang disampaikan oleh guru tidak terlalu paham, fasilitas yang kurang memadai dan lain sebagainya.
PJJ dinilai lebih banyak sisi negatifnya daripada sisi positifnya. Pertama, siswa tidak dapat dipantau dengan maksismal, berdasarkan dari interview bersama salah satu guru, beliau menjelaskan bahwa,
“Para Siswa-siswi selama pembelajaran jarak jauh tidak dapat dengan maksimal dipantau kegiatannya, ada yang pada saat pembelajaran dimulai ternyata masih baru bangun tidur, bahkan ada yang ketiduran sehingga terlewat pembelajaran. Kemudian siswa juga tidak dapat menerima transfer of value dari guru yang mana merupakan poin penting dalam pendidikan, siswa hanya mendapat transfer of knowledge yang juga selama PJJ tidak dapat maksimal diterima oleh siswa. Siswa dirugikan, namun guru juga tidak dapat berbuat banyak, inilah fakta yang terjadi dilapangan selama PJJ”.
Padahal seperti yang kita ketahui bahwasanya transfer of value adalah saat-saat penting bagi siswa untuk mendapatkan pembelajaran budi pekerti. Seorang siswa dengan ilmu yang hebat/tinggi, tidak akan bermanfaat jika siswa tersebut tidak memiliki sopan santun, kemampuan sosial, serta akhlak yang baik.
Namun, walaupun siswa tersebut hanya memiliki ilmu yang biasa-biasa saja, akan tetapi punya sopan santun, kemampuan sosial, serta akhlak yang baik pasti akan dicari oleh banyak orang, karena lebih berharga dibanding contoh sebelumnya.
Melihat pernyataan tersebut, tentu membuat kita berpikir “akan jadi seperti apa mereka dimasa yang akan datang? Apakah indonesia akan terpenuhi oleh penerus yang kekurangan ilmu dan tidak memiliki nilai?”
Sungguh hal tersebut hanya akan menjadi mimpi buruk di masa yang akan datang. Prinsip guru di masa pandemi ini yaitu pendidikan yang memanusiakan manusia.
Pendidikan yang memanusiakan atau pendidikan humanisasi adalah pendidikan yang memanusiakan manusia. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam praktiknya di bidang pendidikan ternyata tidak humanisasi.
Jika pendidikan mempunyai tujuan untuk masa depan dan bukan pada kemanusian, maka akan dapat terjadi pendidikan makin menjauhkan manusia dari rasa kemanusiaannya. Pendidikan hanya digunakan untuk sarana menghasilkan uang, kemewahan di duniawi tanpa memikirkan bahwa pendidikan itu tidak hanya untuk menghasilkan uang saja.
Pendidikan sebaiknya berperan bukan hanya mempersiapkan masa depan saja, tetapi dapat menjadikan manusia dapat hidup guna melaksanakan tugas kemanusiaanya yaitu, mampu menemukan kesempurnaannya sebagai manusia yang dianugerahkan oleh Tuhan.
Pancasila adalah dasar ideologi bangsa Indonesia, selain itu pancasila juga dijadikan pandangan hidup bangsa yang menjiwai dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter memang seharusnya diambil dari nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Agar tercipta manusia indonesia yang cerdas, berperilaku baik, memenuhi hak dan kewajiban.
Pada saat pembelajaran daring seperti ini pendidikan karakter sangat sulit ditanamkan kepada siswa. Banyak siswa yang moralnya sangat turun setelah adanya pembelajaran daring. Siswa terlalu asyik bermain ponsel dan kurang mendengarkan apa yang disampaikan oleh gurunya. Kasus tersebut menjadi tantangan atau permasalahan untuk seorang pendidik.
Untuk menangani kasus tersebut salah satunya mungkin seorang guru jika melakukan pembelajaran lebih sering menanyakan kabar siswanya, apa yang siswa lakukan dirumah, dan memberikan motivasi kepada siswa bahwa pendidikan karakter itu lebih penting.
Penulis : Alit Herlambang, Wilis Renaning Pratiwi, Ristika Andini, Rahmatullah
Bagus
Ariati
2021-01-16 09:32:16