Pendidikan seringkali menjadi sorotan publik, media ramai-ramai mempublikasi isu tersebut. Bukan tanpa alasan, berbagai macam permasalahan di negeri ini dianggap akibat dari pola pendidikan yang sangat buruk.
Ditengah pandemi seperti ini, belum ada strategi jitu dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengenai proses pembelajaran, bahkan hanya melahirkan masalah-masalah baru di dunia pendidikan, dimulai dari masalah moral, etika, dan lain sebagainya, sehingga tujuan pendidikan makin melenceng yang awalnya mencerdaskan menjadi membingungkan bagi siswa maupun mahasiswa.
Berbicara mengenai moral, nampaknya dewasa ini dunia pendidikan sedang krisis moral dan etika. Terlihat jelas dari perilaku-perilaku yang tidak senonoh oleh siswa kepada guru yang sering kali menghebohkan warganet. Tapi lagi-lagi, hukum seakan tidak berpihak pada sebagian guru, hanya karena mencubit, pidana berbicara atas nama kekerasan terhadap anak. Jika terus-menerus seperti ini, bagaimana dan kemana arah pendidikan di masa akan datang?.
Kecanduan Pornografi
Perkembangan teknologi merupakan jawaban dari berkembangnya pola pikir masyarakat dunia, terutama masyarakat barat. Sehingga dapat mempermudah aktivitas sehari-sehari, karena memang tujuan pembuatan alat-alat ini adalah untuk mempermudah. Alih-alih menjadi juru kunci kesulitan, perkembangan teknologi juga membuka jalan baru menuju kemerosotan akhlak remaja milenial.
Semua bisa diakses dengan mudah, bahkan situs porno sekalipun. Ini yang seharusnya menjadi perhatian khusus dalam dunia Information Technology (IT) , sehingga bagaimana kemudian situs-situs seperti itu dapat dimusnahkan total. Pornografi merupakan hal yang paling berbahaya dalam mempengaruhi pola pikir masyarakat.
Jika kehidupan masyarakat terus-menerus di bombardir dengan suguhan yang tidak mengindahkan batas-batas nilai kesopanan, bukan tidak mungkin masyarakat akan sampai pada satu titik dimana pornografi tidak lagi dianggap sesuatu yang tabu dan asusila.
Sehingga masyarakat akan menjadi terbiasa dan menganggap itu adalah hal yang wajar-wajar saja. Dimulai dari terbiasa melihat ataupun membaca, lama-kelamaan akan ikut merubah perilaku. Hilangnya rasa malu dalam diri sehingga merasa bebas dan merdeka dalam melakukan apapun itu tanpa adanya kontrol dari orang-orang terdekat.
Dampak pornografi sangatlah buas, menggerogoti pikiran orang-orang. Siapa saja bisa dijangkitinya tanpa mengenal status sosial dan lain sebagainya. Mengutip dari Jurnal Ilmiah konseling, volume 1, nomor 1 Januari 2012, bahwa ada beberapa dampak pornografi terhadap siswa, diantaranya, menyebabkan sulit konsentrasi belajar hingga terganggu jati dirinya. Pada remaja yang memiliki IQ tinggi, pornografi bisa membuat mereka kesulitan untuk berkonsentrasi dan beraktivitas.
Hari-harinya didominasi dengan kegelisahan dan makin tidak produktif dalam berpikir. Sehingga dari kegelisahan inilah akan timbul tindakan anarkis, ingin mencoba, sehingga menimbulkan permasalahan baru yaitu penyimpangan seksual.
Pornografi yang ditonton remaja merupakan sensasi seksual yang diterima sebelum waktunya. Dari situlah timbulnya rasa mengedepankan kesan yang mendalam dari apa yang ditonton, sehingga dalam beraktivitas akan hilangnya gairah, tidak fokus, yang menyebabkan kehilangan pandangan bahwa sejatinya mereka masih dalam usia remaja.
Pernikahan dini sebagai jalan terakhir
Pernikahan adalah hal yang sangat diidam-idamkan oleh setiap orang. Bukan tanpa alasan, dalam agama dikatakan bahwa menikah adalah menyempurnahkan separuh agama, siapa yang tidak ingin mendapatkan keutamaannya ?. Lalu bagaimana dengan pernikahan dini yang disebabkan oleh pergaulan yang melampaui batas ? Sehingga menikah adalah jalan satu-satunya dalam menjaga nama baik keluarga.
Penulis bukan menyalahkan mereka yang memilih menikah muda, akan tetapi tulisan ini lebih kepada bagaimana kita dalam memanfaatkan masa muda untuk berkarya bahkan bebas mencintai siapapun tanpa takut jatuh dalam lubang sakit hati. Realitas pergaulan pada era ini menyatakan bahwa banyak dari orang-orang yang memilih untuk menikah dini, bukan karena tuntutan agama, melainkan atas dasar nama baik yang hampir terkotori oleh pergaulan yang tidak sewajarnya.
Gelar sarjana memang bukan penentu kesuksesan seseorang, terbukti sudah banyak pengusaha muda yang meniti karir sampai kanca internasional, itu tidak bergelarkan sarjana. Akan tetapi, paling tidak pola pikir kita yang telah mengenyam dunia pendidikan sedikit beda dalam mengambil sebuah keputusan. Para akademisi adalah harapan tonggak perjuangan bangsa.
Dari situlah akan lahir bibit-bibit intelektual yang nantinya akan memperbaiki kemerosotan bangsa tanpa mengesampingkan mereka yang tidak sempat merasakan bangku akademik, entah karena situasi sosial ataupun disebabkan pergaulan yang terlampau menyedihkan.
Karena dari merekalah kita belajar bahwasannya, mencoba kenikmatan yang bersifat sementara hanya akan membawa pada kesengsaraan yang berkelanjutan. Namun sekali lagi, tolak ukur kesuksesan bukan terletak dari perguruan tinggi mana dia lulus, apa gelar pendidikannya, dan anak siapa dia. Melainkan dari usaha, ikhitiar dan doa.
Belajar dari mantan pecandu pornografi
Berawal dari sebuah perbincangan santai antara saya dengan teman seperjuangan yang tidak lain adalah mantan pecandu pornografi, saya belajar banyak dari kisah beliau. Sebelum membuat tulisan ini, saya sudah meminta izin untuk mengangkat kisahnya sebagai bahan renungan kita bersama, dan alhamdulillah beliau mengiakan hal ini. Dalam perbincangan kami, beliau mengatakan bahwa sejak di bangku sekolah dasar, ia sudah mengenal yang namanya pornografi. hal itulah yang menyebabkan dia hampir putus asa dalam melanjutkan pendidikan.
Bergaul dengan orang-orang yang sepemikiran dengannya membuatnya makin tidak bisa terkendali. Hingga tiba saatnya beliau berada pada puncak penasaran, ingin mencoba dan mempraktekan sesuai apa yang ia lihat. Entah ini keajaiban dari tuhan, ia dipertemukan dengan orang yang mampu menyadarkan dirinya dan keluar dari lingkaran pornografi. Disitulah beliau berusaha melupakan semua pikiran jahat yang hampir tiap malam menghantuinya.
Seketika saya penasaran dengan cara yang dia lakukan untuk meninggalkan dunia gelapnya. Satu yang beliau pesan, bahwa jika ingin melupakan semua dunia kelam, apalagi pornografi, sering-seringlah mengingat kematian. Dari pengalaman beliau, bahwa hampir tiap malam ia dihantui bayang-bayang kematian.
Butuh pengarahan
Rini riswani
2020-09-22 14:49:49