Menyemarakkan Moderasi Keindonesiaan.
Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. Fajar Riza Ulhaq, mengungkapkan pentingnya menyikapi kemajuan teknologi secara bijak, terutama dalam penggunaan gawai dan kecerdasan buatan (AI). Hal ini disampaikan saat acara penyambutan mahasiswa baru di Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga, Jawa Tengah, Rabu (4/9/2024). Menurut Fajar, AI dan media sosial menghadirkan tantangan bagi syiar moderasi beragama.
Fajar menyoroti bahwa AI sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti prediksi kata ketika mengetik di Google. Ia mengingatkan pentingnya bangsa Indonesia menjaga karakter moderat, yang ia sebut sebagai "DNA tengahan" atau washatiyyah, dengan menyeimbangkan ideologi agama dan sekuler, seperti yang tercermin dalam Pancasila.
Fajar menjelaskan lima indikator moderasi beragama, yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, menghargai tradisi, menjauhi kekerasan, dan menerima modernitas. Ia juga menekankan bahwa ekstremisme dalam beragama dapat memicu benturan, sehingga diperlukan upaya moderasi di setiap agama.
Rektor UIN Salatiga, Prof. Zakiyuddin Baidhawi, menambahkan bahwa kampus tersebut mengusung konsep "Green Washatiyyah," yang menekankan keseimbangan dalam kehidupan. Pada tahun ajaran 2024/2025, UIN Salatiga menerima 2.555 mahasiswa baru, termasuk 36 mahasiswa asing dari 15 negara.
Copyright By@PUNDI - 2024
BACK TO TOP