Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah | Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY
Dunia pendidikan nasional saat ini tengah berdiri di persimpangan krusial. Di tengah arus perubahan sosial akibat penetrasi digital, pendidikan tak boleh sekadar bertahan, lebih dari itu harus bertransformasi. Tanpa langkah yang cermat dan akurat, pendidikan bisa kehilangan azas dan tujuannya. Inilah landasan sosiologis perlunya pembelajaran mendalam (deep learning) sebagai bagian dari ijtihad merevolusi pembelajaran di Indonesia.
Marton dan Saljo (1970) mengategorikan level belajar siswa pada dua tingkatan, yaitu surface process dan deep process. Pada level surface process, proses belajar siswa hanyalah terbatas pada teks dan hafalan belaka. Sementara pada level deep process, siswa belajar untuk memaknai materi secara mendalam, belajar untuk mengerti. Deep process melibatkan pemahaman lebih komprehensif, di mana siswa tidak berhenti pada penguasaan materi, tapi juga kemampuan untuk menginterpretasikan makna, mengidentifikasikan hubungan antar konsep serta menganalisis keterkaitan antar variabel yang dipelajari.
Pendekatan pembelajaran mendalam kemudian terus mengalami perkembangan. Pada dekade 1980-an, pembelajaran mendalam berkembang seiring dengan teori pembelajaran yang lain, utamanya teori pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning theory). Basis teori ini berpendapat bahwa pembelajaran mendalam terjadi melalui pengalaman konkret, proses refleksi, konseptualisasi dan pengujian aktif (Kolb, 1984).
Pada dekade 1990-an berkembang teori belajar transformative learning, Jack Mezirow (1991) adalah pihak yang memperkenalkan konsep ini. Sebangun dengan semangat pembelajaran mendalam, konsep ini menekankan keterlibatan siswa bukan hanya pada usaha memahami materi, lebih dari itu juga mengubah pandangan dan persepsi mereka.
Pada awal dekade 2000-an, paradigma pembelajaran mengalami perkembangan, sebuah masa dimana pembelajaran diarahkan pada siswa sebagai pusat pembelajaran, mereka didorong untuk memiliki kemampuan mengatur, merencanakan dan mengontrol proses belajar mereka secara mandiri. Siswa dipandang sebagai sosok otonom yang mampu untuk mengatur strategi belajar mereka. Melalui metode ini, siswa dipandang mampu belajar lebih mendalam.
Memasuki dekade 2010-an hingga sekarang, konsep pembelajaran mendalam mulai diintegrasikan dengan teknologi pendidikan. Pada masa ini, konsep connectivisme yang diperkenalkan oleh pakar pendidikan dari Universitas Manitoba George Siemens mulai berkembang. Teori ini menunjukkan bagaimana pengetahuan dibangun melalui jaringan informasi di internet, hal ini memungkinkan pembelajaran mendalam dilaksanakan di dalam lingkungan digital yangs serba dinamis.
Demikian itulah histori pembentukan teori Pembelajaran Mendalam sebagai pendekatan baru dalam praktik pembelajaran. Fullan dan Langworthy (2014) memaknai pembelajaran sebagai pendekatan yang berupaya memanfaatkan kekuatan mitra baru guna melibatkan para siswa dalam mempraktikkan proses pembelajaran melalui proses menemukan dan menguasai pengetahuan untuk kemudian menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru di dunia.
Menurut Suwandi (2023) pendekatan ini berupaya untuk mentransformasikan paradigma pendidikan tradisional yang cenderung terjebak pada penghafalan dan pengulangan informasi, menjadi proses pembelajaran yang lebih konstruktif dan reflektif. Perubahan ini memungkinkan siswa untuk tidak hanya memahami konten pembelajaran, namun juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif dan solutif.
Pembelajaran Mendalam merupakan pendekatan yang memuliakan dengan penekanan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran yang berkesadaran (mindfull), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful) melalui proses olah pikir (intelektual), olah hati (etika), olah rasa (estetika) dan olah raga (kinestetik) secara holistik dan terpadu.
Pembelajaran Mendalam belakangan menjadi buah perbincangan para akademisi setelah Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti menyampaikan gagasan Pembelajaran Mendalam sebagai pendekatan baru dalam pembelajaran di Indonesia. Gagasan ini diproyeksikan oleh Abdul Mu’ti sebagai pendekatan pembelajaran yang menyasar pembentukan peserta didik yang sanggup memecahkan masalah-masalah konkret kehidupan sehari-hari, bukan sekadar penyelesaian soal-soal tekstual di atas kertas belaka.
Dalam konteks Indonesia, konsep pembelajaran mendalam diproyeksikan sebagai respons berbagai faktor multidimensional yang saling mempengaruhi. Pertama, pembelajaran mendalam adalah strategi pendidikan nasional untuk menghadapi ketidakpastian masa depan yang serba dinamis dan sulit untuk diprediksi. Persis dengan penjabaran Wareen Bennis dan Burts Nanus (1987), dunia sedang berada dalam sebuah masa yang perubahan serba cepat, votalitas (volatility), penuh ketidakpastian (uncertainty), kompleksitas (complexity) serta penuh ambiguitas (ambiguity).
Pendidikan nasional perlu merespons tantangan tersebut dengan kesanggupan melakukan adaptabilitas pada kurikulum, mempersiapkan tenaga pendidikan dan memastikan proses pendidikan yang mendalam bagi para siswa. Konsep pembelajaran mendalam memungkinkan para siswa tidak hanya menghafal tumpukan informasi, melainkan juga mampu menghubungkan beragam konsep dan mengamalkan pengetahuan dalam situasi yang serba cepat.
Kedua, Pembelajaran Mendalam adalah respons atas bonus demografi Indonesia tahun 2035 dan visi Indonesia Emas 2045. Serupa jamak dipahami, bonus demografi di Indonesia—yang ditandai dengan dominasi penduduk usia produktif telah memberikan peluang sekaligus tantangan bagi dunia pendidikan nasional dalam upaya mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing. Jika tidak segera berbenah, bonus demografi tersebut dapat memperlebar kesenjangan keterampilan (skills gap), meningkatkan angka pengangguran terdidik serta menurunkan daya saing nasional Indonesia. Dalam kerangka masalah tersebut, pembelajaran mendalam diharapkan sebagai solusi dimana siswa tidak hanya memahami pengetahuan secara permukaan dan melalui hafalan, melainkan juga bisa berpikir mandiri, kritis dan kreatif.
Ketiga, Pembelajaran Mendalam adalah strategi Indonesia untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, utamanya untuk menyelesaikan problema Literasi, Numerasi, HOTs, Ketimpangan Mutu Pendidikan. Seperti dipahami, jika merujuk pada indek pendidikan dalam dunia internasional, posisi pendidikan Indonesia tampak belum memberikan kabar menggembirakan. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia tampak membutuhkan strategi yang lebih cermat agar mampu bersaing di level internasional.
Keempat, Pembelajaran Mendalam merupakan pendekatan yang digunakan guna mempersiapkan generasi masa depan yang memiliki kualitas dan kompetensi yang mumpuni. Di masa depan, dunia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kreativitas, kemampuan kolaborasi dan penguasaan terhadap teknologi. Mereka yang tidak memiliki kompetensi relevan akan tersisih dari perubahan yang serba cepat. Hal ini sebangun dengan semangat yang dicanangkan oleh pendekatan Pembelajaran Mendalam yang diharapkan dapat memperkuat metacognitive skills, kemampuan para siswa untuk dapat melihat diri sendiri, menjadi subyek otonom yang mengatur dan mengorganisasi proses berpikir secara mandiri.
Di tengah harapan besar publik terhadap pendidikan nasional, pendekatan Pembelajaran Mendalam adalah solusi strategis, seirama dengan kehendak melakukan revolusi belajar. Dalam kerangka pendidikan keindonesiaan, pendekatan Pembelajaran Mendalam akan menjadi revolusi baru dalam sistem pendidikan nasional. Hal ini tentu didorong oleh kehendak bersama untuk meninggalkan budaya pendidikan tradisional yang masih berorientasi pada teks dan hafalan. Sebagai revolusi belajar, penerapan Pembelajaran Mendalam bukan hanya membutuhkan kebijakan dan inovasi kurikulum dari pemerintah, melainkan juga membutuhkan kemampuan praktik pedagogis yang mumpuni, pemanfaatan teknologi digital, pengembangan lingkungan pembelajaran yang baik serta kesanggupan untuk membangun sinergi antara guru, peserta didik, orang tua, komunitas dan mitra profesional.
Copyright By@PUNDI - 2024
BACK TO TOP