Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Era digital saat ini, kemampuan literasi digital menjadi keterampilan dasar yang harus dimiliki setiap individu. Literasi digital tidak hanya mencakup kemampuan menggunakan perangkat teknologi, tetapi juga kemampuan berpikir kritis, memahami informasi yang valid, menjaga etika berkomunikasi di dunia maya, dan memanfaatkan teknologi secara produktif.
Sayangnya, menurut laporan Indeks Literasi Digital Nasional 2022 yang dirilis oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), tingkat literasi digital di Indonesia masih tergolong sedang, dengan skor rata-rata 3,54% dari skala 5. Tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang keamanan dan etika digital.
Bagi anak-anak sekolah dasar, literasi digital bukan hanya peluang untuk memperluas wawasan, tetapi juga tantangan yang perlu dikelola dengan bijak. Mereka tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan teknologi, mulai dari gawai hingga pembelajaran daring. Namun, penggunaan teknologi tanpa panduan dapat berdampak buruk, seperti kecanduan, paparan konten tidak pantas, hingga pengikisan nilai-nilai karakter seperti tanggung jawab, rasa hormat, dan empati.
Literasi digital bukan sekadar kemampuan teknis, tetapi keterampilan yang memampukan anak-anak untuk berpikir kritis, mengenali informasi yang kredibel, menjaga jejak digital, serta menggunakan teknologi secara produktif dan etis. Dalam konteks pendidikan, literasi digital juga berperan penting dalam menyiapkan anak-anak menghadapi tuntutan zaman yang semakin kompleks.
Namun, laporan UNICEF Indonesia pada 2023 tentang kebiasaan daring anak-anak mengungkapkan bahwa meskipun mereka mengakses internet setiap hari, banyak yang tidak menyadari pentingnya keamanan dan etika digital. Tanpa pendekatan yang terarah, literasi digital bisa menjadi pedang bermata dua, di mana anak-anak terjebak dalam risiko yang mengancam karakter mereka.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, salah satu solusi efektif adalah mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran dengan cara yang membangun karakter. Pembelajaran berbasis proyek, misalnya, memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk menggunakan teknologi secara kreatif sekaligus belajar bekerja sama. Dalam kegiatan seperti membuat video pendek atau blog sederhana, anak-anak diajarkan untuk berbagi tanggung jawab, menghargai pendapat teman, dan memecahkan masalah secara kolaboratif.
Selain itu, penggunaan perangkat lunak edukatif yang dirancang khusus untuk anak-anak dapat menjadi alternatif. Perangkat lunak ini mendukung pembelajaran mata pelajaran inti sekaligus mengajarkan etika digital, seperti menghormati hak cipta, menjaga privasi, dan bertindak sopan dalam dunia maya.
Literasi digital juga perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah. Sebagai contoh, dalam pelajaran bahasa Indonesia, anak-anak dapat dilatih menganalisis teks daring, sementara dalam pelajaran IPA, mereka diajarkan menggunakan perangkat lunak sederhana untuk mendukung eksperimen. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan literasi digital, tetapi juga menanamkan nilai-nilai tanggung jawab dan integritas melalui pembelajaran berbasis teknologi.
Guru dan orang tua memiliki peran sentral dalam membentuk kebiasaan digital yang sehat pada anak. Guru, sebagai pendidik utama di sekolah, perlu diberikan pelatihan intensif tentang penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Selain itu, mereka harus mampu membimbing anak-anak dalam memahami etika digital dan melindungi diri dari risiko dunia maya.
Sementara itu, orang tua harus menjadi mitra aktif dalam pendidikan digital anak. Sosialisasi tentang pentingnya literasi digital dapat membantu orang tua mendampingi anak-anak saat menggunakan teknologi di rumah. Membuat kesepakatan tentang aturan penggunaan gadget, seperti durasi dan tujuan penggunaannya, adalah langkah sederhana namun efektif untuk memastikan anak tidak berlebihan dalam menggunakan teknologi.
Infrastruktur teknologi juga menjadi elemen kunci dalam mendukung literasi digital. Akses internet yang merata, perangkat yang memadai, dan platform pembelajaran yang ramah anak adalah fondasi penting. Namun, yang lebih penting adalah memastikan infrastruktur tersebut digunakan untuk kegiatan yang membangun karakter, seperti pembelajaran daring kolaboratif yang mengajarkan empati, kerja sama, dan tanggung jawab.
Literasi digital adalah kebutuhan mendasar bagi anak-anak sekolah dasar di abad ke-21. Namun, penguasaan teknologi tidak boleh mengorbankan nilai-nilai karakter. Dengan integrasi teknologi yang bijak, kurikulum yang komprehensif, dukungan guru dan orang tua, serta infrastruktur yang memadai, literasi digital dapat menjadi alat untuk memperkuat, bukan melemahkan, karakter anak-anak kita.
Saatnya kita memastikan bahwa anak-anak tidak hanya menjadi pengguna teknologi yang cerdas, tetapi juga individu yang bermoral, bertanggung jawab, dan berempati. Dengan pendekatan yang tepat, literasi digital dapat menjadi jembatan menuju masa depan yang cerah, tanpa melupakan nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar.
Copyright By@PUNDI - 2024
BACK TO TOP