-
28 Februari 2025 – Teknologi deepfake, yang menggabungkan kecerdasan buatan (AI) dengan pemalsuan, terus menghadirkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi masyarakat di tahun 2025.
Kemampuan untuk menciptakan video dan audio palsu yang sangat meyakinkan telah membuka pintu bagi berbagai ancaman, mulai dari penipuan finansial hingga manipulasi politik.
Deepfake semakin mudah diakses dan digunakan oleh individu dengan sedikit keterampilan teknis. Penjahat dapat memanfaatkan teknologi ini untuk menghasilkan identitas palsu lengkap dengan rekaman video yang meyakinkan untuk sistem verifikasi jarak jauh.
Serangan terhadap organisasi keuangan di Indonesia menunjukkan bagaimana “1100” upaya penipuan deepfake dilakukan untuk melewati keamanan, mengancam integritas verifikasi identitas digital.
Penipuan finansial dengan deepfake berkembang pesat. Contohnya, seorang karyawan perusahaan rekayasa Inggris Arup tertipu dan mentransfer lebih dari 25 juta USD ke rekening bank di Hong Kong setelah mengikuti konferensi video dengan deepfake yang menyamar sebagai CFO perusahaan.
Penipu juga menggunakan deepfake untuk meniru tokoh terkenal seperti Elon Musk dan menggunakan video palsu tersebut untuk menipu korban agar membeli koin digital yang tidak berharga.
Deepfake menjadi ancaman signifikan bagi lembaga demokrasi. Konten yang dihasilkan AI dapat menciptakan video tokoh politik yang mengatakan atau melakukan hal-hal yang tidak pernah mereka lakukan, yang dapat mempengaruhi opini publik.
Robocall yang dihasilkan AI yang meniru Presiden Joe Biden yang mendorong pemilih Demokrat untuk tidak memilih dalam pemilihan pendahuluan New Hampshire adalah contoh bagaimana deepfake digunakan untuk melakukan penipuan pemilu.
Kemunculan deepfake yang canggih menghadirkan tantangan signifikan bagi sistem peradilan pidana. Bukti video dan audio, yang secara tradisional dianggap dapat diandalkan, sekarang dapat dihasilkan secara sintetis.
Hal ini menimbulkan risiko serius terhadap legitimasi bukti asli dan dapat menyebabkan peningkatan biaya penuntutan dan kasus yang digugurkan atau hilang.
Salah satu aplikasi deepfake yang paling menghancurkan secara pribadi adalah pembuatan konten intim non-konsensual. Pelecehan ini menjadi lebih canggih, dengan konten yang dihasilkan AI semakin sulit dibedakan dari konten asli.
Para ahli merekomendasikan beberapa strategi untuk melindungi diri dari penipuan deepfake:
Pertama, Batasi jumlah informasi pribadi yang dibagikan secara online.
Kedua, Verifikasi komunikasi yang mencurigakan melalui saluran terpercaya.
Ketiga, Gunakan alat deteksi yang dirancang untuk mengidentifikasi konten audio atau video yang dimanipulasi.
Keempat, Bagi bisnis, berinvestasi dalam langkah-langkah keamanan siber tingkat lanjut dan melakukan pelatihan karyawan tentang cara mengenali penipuan sangat penting.
Di tengah ancaman yang berkembang dari deepfake, sangat penting untuk tetap waspada dan skeptis terhadap konten digital. Dengan memahami risiko dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan, individu dan organisasi dapat melindungi diri mereka sendiri dari dampak negatif dari teknologi yang menipu ini.
Copyright By@PUNDI - 2024
BACK TO TOP